Senin, 05 Agustus 2013

Un recuerdo...

Teringat satu senja, di warung itu. Saat penganan dan teh botol dihidangkan, aku menyeletuk,” jika aku suatu saat nanti mati, kalian  hanya akan bersedih satu minggu untukku, setelah itu pffiuhh.. hilang,”. 

Tangan-tangan yang sedang menyuap terhenti di udara. Dua orang sahabat (seingatku) menunjukkan wajah bingung... yang satu lebih kelihatan kesal daripada bingung.


“Yah, satu dua mungkin masih mengingatku satu bulan,” sambungku, dibalas tatapan yang semakin bingung. “ Satu tahun mungkin?” sambungku lagi, tak yakin.

Si teman berwajah kesal berkata tajam, “Apa maksudmu?”.

Tidak ada. Aku tak bermaksud apapun. Hanya sebersit pikiran yang terlintas, dan kusuarakan tanpa benar-benar meminta maksud.

 Disekitar kami, suara sendok dan piring saling beradu. Tawa, canda. Bising. Ditingkah suara api dan penggorengan yang mendesis.  Masih diiring lirikan-lirikan tajam, dalam diam aku memulai suapanku.

Saat ini. Setiap hariku berlalu begitu saja. Kadang baik, kadang tidak.

Kemarin dulu aku mencinta hidup. Begitu hidup. Bahkan dedaunan kering tampak indah di mataku. Hari tadi aku membenci. Begitu sangat. Menyumpah sampah dan sampah. Dan tidak, tak kubendung...

Aku manusia. Mencinta dan membenci. Mencoba meminta dan memberi maaf. Belajar dan belajar. Begitu, mungkin aku  mampu untuk mengenang. Dan lalu mungkin aku bisa meninggalkan sesuatu untuk dikenang...
                                                                                                                                                                (Agustus 2013)